PKM-GT

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH LITERASI TIK


NAMA  : VENI WIGIYANTI

NIM      : 6701190050

KELAS : D3SI-43-01

APLIKASI “NUTOR (NUTRISION MONITOR)” UNTUK MEMBANTU MENINGKATKAN KESADARAN MASYARAKAT DALAM MENGKONSUMSI GIZI YANG SEIMBANG

 

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang

Sebagai negara yang sedang berkembang dan sedang membangun, bangsa Indonesia masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan negara lain yang sudah lebih maju. Salah satunya adalah dalam bidang kesehatan, khususnya soal gizi. Berkaitan dengan gizi, Indonesia adalah negara yang mengalami dua masalah gizi sekaligus yaitu kekurangan gizi dan kelebihan gizi. Dengan kata lain, di satu sisi bangsa Indonesia masih harus berjuang memerangi berbagai macam penyakit infeksi dan kurang gizi yang saling berinteraksi satu sama lain menjadikan tingkat kesehatan masyarakat Indonesia tidak kunjung meningkat secara signifikan. Sedangkan di sisi lain, di beberapa daerah lain atau pada sekelompok masyarakat Indonesia yang lain terutama di kota-kota besar, masalah kesehatan masyarakat utama justru dipicu dengan adanya kelebihan gizi.

Secara umum, pengertian gizi seimbang adalah susunan asupan sehari-hari yang jenis dan jumlah zat gizinya sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pemenuhan kebutuhan gizi ini juga harus memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih, dan mempertahankan berat badan normal guna mencegah masalah gizi. Gizi seimbang terdiri dari asupan yang cukup secara kuantitas, cukup secara kualitas, dan mengandung berbagai zat gizi yang diperlukan tubuh untuk menjaga kesehatan, pertumbuhan (pada anak-anak), penyimpanan zat gizi, serta untuk melakukan aktivitas dan fungsi kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan, di Indonesia sendiri penerapan gizi seimbang memberi perubahan ke arah yang lebih baik, seperti prevalensi stunting yang mengalami penurunan dari 37,2 persen pada tahun 2013 menjadi 30,2 persen pada tahun 2018. Akan tetapi, di sisi lain angka obesitas juga mengalami peningkatan dari 14,8 persen pada tahun 2013 menjadi 21,8 persen pada tahun 2019. Oleh sebab itu, prinsip gizi seimbang sifatnya sangat penting untuk mencegah masalah kesehatan ini. Karena kesehatan gizi di Indonesia cukup buruk maka saya menawarkan sebuah solusi yaitu dengan membuat sebuah aplikasi nutor (nutrion monitor).

  • Tujuan Penulisan

Tujuan dari proposal ini adalah membagun kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengonsumsi gizi yang seimbang sehingga dapat menurunkan resiko terkena berbagai jenis penyakit.

  • Manfaat

Saya sebagai penulis berharap bahwa ide aplikasi nutor ini ini dapat mempermudah masyarakat umum untuk mengontrol kadar gizi yang masuk ke dalam tubuh. Dengan aplikasi ini dapat membantu para orangtua untuk memberikan gizi yang seimbang kepada anak-anaknya yang sedang dalam masa pertumbuhan.

GAGASAN

Kondisi Terkini

Berikut ini adalah beberapa masalah gizi di Indonesia yang terjadi saat ini :

1. Gizi kurang

Tubuh kurus akibat gizi kurang sering kali dinilai lebih baik daripada tubuh gemuk akibat gizi lebih, padahal kenyataannya tidak. Sama seperti obesitas, anak maupun remaja dengan gizi kurang memiliki risiko pada kesehatannya. Nah, Anda bisa mengukur kategori status gizi Anda melalui kalkulator BMI ini.

Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) umumnya akan mengalami kehidupan masa depan yang kurang baik. Pasalnya, kebutuhan zat gizi yang tidak terpenuhi dalam masa pertumbuhan balita akan meningkatkan kerentanannya terhadap penyakit infeksi pada awal-awal kehidupannya dan berlangsung hingga ia dewasa. Beberapa risiko gizi kurang di antaranya sebagai berikut:

  • Malnutrisi, defisiensi vitamin, atau anemia
  • Osteoporosis
  • Penurunan fungsi kekebalan tubuh
  • Masalah kesuburan yang disebabkan oleh siklus menstruasi yang tidak teratur
  • Masalah pertumbuhan dan perkembangan, terutama pada anak dan remaja

2. Stunting

Stunting merupakan kondisi malnutrisi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama, umumnya karena pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun. Gejala-gejala stunting di antaranya:

  • Postur anak lebih pendek dari anak seusianya
  • Proporsi tubuh cenderung normal, tetapi anak tampak lebih muda atau kecil untuk usianya
  • Berat badan rendah untuk anak seusianya
  • Pertumbuhan tulang tertunda

Pada tahun 2013, sebanyak 37,2 persen balita di Indonesia mengalami stunting. Kondisi ini seringkali dianggap normal karena alasan keturunan. Padahal, stunting dapat memengaruhi perkembangan otak, mengurangi produktivitas seseorang di usia muda, dan meningkatkan risiko pengembangan penyakit tidak menular di usia lanjut. Stunting juga dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas, dan kematian akibat infeksi.

3.Kelebihan Gizi

Saat ini terdapat bukti bahwa prevalensi kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas meningkat sangat tajam di seluruh dunia yang mencapai tingkatan yang membahayakan. Kejadian obesitas di negara-negara maju seperti di negara-negara Eropa, USA, dan Australia telah mencapai tingkatan epidemi. Akan tetapi hal ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju, di beberapa negara berkembang seperti Indonesia obesitas juga telah menjadi masalah kesehatan yang serius.

Di Indonesia pada masa akhir Orde Baru saja tahun 1996/1997 di ibukota seluruh provinsi Indonesia menunjukkan bahwa 8,1% penduduk laki-laki dewasa (>=18 tahun) mengalami overweight (BMI 25- 27) dan 6.8% mengalami obesitas, 10,5% penduduk wanita dewasa mengalami overweight dan 13,5% mengalami obesitas. Pada kelompok umur 40-49 tahun overweight maupun obesitas mencapai puncaknya yaitu masing-masing 24,4% dan 23% pada laki-laki dan 30,4% dan 43% pada wanita.

Beberapa survei yang dilakukan secara terpisah di beberapa kota besar menujukkan bahwa prevalensi obesitas pada anak sekolah dan remaja cukup tinggi. Pada anak SD prevalensi obesitas mencapai 9,7% di Yogyakarta (5) dan 15,8% di Denpasar (6). Survei obesitas yang dilakukan pada anak remaja siswa/siswi SMP di Yogyakarta juga menunjukkan bahwa 7,8% remaja di perkotaan dan 2% remaja di daerah pedesaan mengalami obesitas. Angka prevalensi obesitas di atas sudah merupakan warning bagi pemerintah dan masyarakat luas bahwa obesitas dan segala implikasinya sudah merupakan ancaman yang serius bagi masyarakat Indonesia khususnya di kota-kota besar (Hadi, 2004).

Kondisi yang Ditawarkan

Fortifikasi pangan atau pengayaan zat gizi mikro pada bahan makanan komersil seperti garam, tepung terigu, dan minyak goreng sawit perlu dilakukan pemerintah untuk percepatan perbaikan gizi anak Indonesia. Pemerintah yang terlibat dalam hal ini Kementerian PPN/Bappenas didukung oleh Koalisi Fortifikasi Indonesia (KFI), Nutrition International, UNICEF, Kementerian Kesehatan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan POM, dan Badan Standardisasi Nasional. Fortifikasi pangan sebagai salah satu upaya pemenuhan zat gizi mikro masyarakat merupakan intervensi yang terbukti cost-effective. Hal itu dikarenakan fortifikasi dilakukan melalui bahan pangan yang dikonsumsi masyarakat secara luas terutama penduduk tidak mampu dan biaya yang relatif lebih rendah.

Fortifikasi atau pengayaan zat gizi penting terhadap produk pangan di Indonesia selama ini telah dilaksanakan produsen, baik secara wajib maupun sukarela. Fortifikasi yang dilakukan adalah dengan penambahan zat besi pada tepung terigu, iodium pada garam, dan vitamin A pada minyak goreng. Dengan fortifikasi ini, diharapkan mampu meningkatkan pemahaman masyarakat dan sektor yang terlibat seperti swasta, terhadap konsep, justifikasi, manfaat serta kebijakan fortifikasi pangan. Selain itu juga dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan fortifikasi pangan untuk memperbaiki konsumsi zat gizi mikro masyarakat.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan zat gizi mikro, upaya pemerintah tidak hanya pada fortifikasi pangan saja, tetapi melalui suplementasi dengan pemberian kapsul vitamin A untuk bayi dan balita, tablet tambah darah untuk ibu hamil dan remaja putri, serta makanan tambahan untuk balita, anak usia sekolah, ibu hamil. Upaya lain juga yang dilakukan pemerintah adalah perubahan perilaku masyarakat agar mengkonsumsi sumber makanan yang beragam dan kaya akan kandungan gizi. Sebagai contoh program yang telah terlaksana adalah penganekaragaman pangan melalui Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) untuk meningkatkan aksesbilitas terhadap pangan yang beragam.

Seberapa jauh kondisi kekinian pencetus gagasan dapat diperbaiki melalui gagasan yang diajukan

Melalui gagasan yang saya usulkan, kondisi terkini tentang gizi di dalam masyarakat Indonesia diharapkan bisa lebih ditingkatkan. Belajar tentang gizi dapat  menambah pengetahuan untuk bekal pengaturan pola makan. Nutrisi atau zat gizi dalam makanan memengaruhi kecerdasan manusia, dalam kata lain dengan perbaikan gizi melalui belajar gizi dari aplikasi tersebut, perlahan sumber daya manusia akan meningkat.

Gizi merupakan salah satu faktor yang penting yang menentukan kecerdasan seseorang. Keadaan gizi seseorang dalam suatu masa tidak hanya

ditentukan konsumsi zat gizi pada masa kini, tetapi juga masa lampau bahkan saat masih berada di dalam kandungan. Saya berharap melalui aplikasi NUTOR ini Masyarakat menjadi lebih tahu tentang kandungan gizi, manfaat, dan

pengolahan suatu bahan makanan sehingga diharapkan dapat menyiapkan menu yang variatif dengan aneka ragam makanan dan zat gizi, sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi.

Berikut ini adalah beberapa fitur yang tersedia aplikasi NUTOR :

  • Memonitor jumlah gizi/ nutrisi yang masuk kedalam tubuh, dengan aplikasi ini kita dapat menginput makanan dan minuman yang telah kita konsumsi dan aplikasi akan secara otomatis menampilkan jumlah gizi yang telah dikonsumsi dan menginput datanya ke dalam aplikasi.
  • Menginput berat dan tinggi badan pengguna aplikasi sehingga dapat diketahui BMI (Body mass index) atau index massa tubuh pengguna dalam kategori yang mana. Sistem akan secara otomatis menyarankan jumlah gizi/nutrisi yang perlu dikonsumsi.

Pihak-pihak yang dipertimbangkan dapat membantu mengimplementasikan gagasan

  • Pengembang Aplikasi

Orang – orang yang telibat langsung dalam pembuatan aplikasi ini contohnya programmer , designer web, dll.

  • Masyarakat

Masyarakat diharapkan ikut berpartisipasi aktif menggunakan aplikasi tersebut. Selain itu masyarakat dapat mempromosikan aplikasi tersebut di lingkungan sekitarnya, mengingat manfaat yang besar.

  • Pemerintah

Pemerintah disini berperan sebagai pihak yang mendanai aplikasi NUTOR ini serta turut mensosialisasikan kepada masyarakat yang ada di seluruh Indonesia contohnya dengan cara mempromosikannya lewat social media resmi Lembaga pemerintah seperti kementrian kesehatan,dll. Dan juga mensosialiasikannya di tempat publik seperti puskesmas, posyandu rumah sakit, dll.

  • Ahli Gizi

Ahli gizi berperan dalam pengisian data kandungan gizi dan manfaat bahan pangan dan akan bekerja sama dengan pengembang aplikasi untuk memasukkannya ke dalam sistem aplikasi NUTOR.

Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan gagasan

  1. Pemerintah harus mensosialisasikan pentingnya mengkonsumsi gizi yang seimbang kepada masyarakat umum dengan begitu antusiasme masyarakat terhadap aplikasi ini semakin besar.
  2. Perlunya kerjasama antara perusahaan pengembang aplikasi NUTOR ini dengan pemerintah , ahli gizi/pakar kuliner serta masyarakat.
  3. Ahli gizi memberikan sumber materi bahan makanan, kandungan gizi dan manfaatnya dengan bahasa yang sederhana sehingga bisa dipelajari mulai dari anak usia sekolah sampai orang tua, dan dari masyarakat pedesaan sampai masyarakat perkotaan.
  4. Aplikasi ini diharapkan tersedia di segala platform elektronik dan dapat diunduh secara gratis melalui jaringan internet.

KESIMPULAN

             Konsumsi gizi yang seimbang merupakan faktor yang penting dalam masalah kesehatan. Di Indonesia penganan mengenai gizi masih tergolong buruk, buktinya  angka penyakit gizi di Indonesia cukup banyak dan bila megalami penurunan, angkanya tidak terlalu signifikan. Maka dari itu saya mengusulkan gagasan aplikasi monitor gizi ini supaya bisa menurunkan angka penyakit gizi dan menerapkan pola makan yang sehat di semua kalangan masyarakat dari anak-anak sampai lanjut usia. Untuk mewujudkan gagasan aplikasi ini saya tahu itu tidak mudah karena membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak maka saya harap tulisan ini dapat bermanfaat bagi yag membacanya khususnya orang-orang dari bidang kesehatan. Terakhir marilah kita terapkan pola makan sehat yang mengandung banyak gizi agar tidak menyesal di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

  1. https://www.sehatq.com/artikel/pengertian-gizi-seimbang-dan-pedoman-umumnya-yang-bisa-anda-praktikkan
  2. https://chub.fisipol.ugm.ac.id/2019/11/08/masalah-gizi-di-indonesia/
  3. https://hellosehat.com/hidup-sehat/nutrisi/masalah-gizi-di-indonesia/
  4. http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20190219/1729527/perbaiki-gizi-pemerintah-lakukan-fortifikasi-pangan/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *